romeyou fic purposes. minat dm @JWiiver (twt)
"Main truth or dare, yuk."Suara pintu kelas yang ditutup memecah keheningan kelas. Guru biologi itu pamit untuk mengikuti rapat. Semua murid menoleh ke temannya, memulai percakapan yang sebelumnya ditahan untuk menghargai guru. Termasuk Jisu. Ia mengeluarkan kartu permainan truth or dare yang baru sampai di rumahnya tadi malam. Ia menawarkan teman-temannya, Jaeyun, Kyungho, Jeyou, untuk bermain truth or dare dengan kartu tersebut."Apaan tuh?" Tanya Kyungho penasaran.
"Truth or dare. Pake kartu."
"Gaya amat dah truth or dare aja pake kartu. Beli di mana lu?" Tanya Jeyou sambil membereskan buku-buku di mejanya.
"Di Sh*pee lah, di mana lagi."
"Siapa duluan?" Jaeyun mengulurkan tangannya, mengisyaratkan teman-temannya untuk hompimpa.Hompimpa alaium gambreng.
Semua kecuali Jeyou menunjukkan telapak tangan dalamnya. Jisu mengeluarkan kartu-kartunya, lalu menaruhnya di atas meja."Truth or dare?"
"Truth." Jawab Jeyou tanpa berpikir lama. Ia mengambil kartu berwarna biru bertuliskan truth yang berada tepat di tengah.
Jeyou membacakan isi kartunya, "Apa kebohongan terbesar yang pernah kamu percaya?"
Jeyou terdiam sejenak, mencoba mengingat-ingat kembali."X1 5 tahun." Celetuk Kyungho.
"Apaan sih, itu mah lu," Ejek Jeyou.
"Apa ya.... Kayaknya gue mah ga pernah ga sih?" Pertanyaan ini membuat Jeyou berpikir lebih keras dari pada seharusnya.
"Dijanjiin Kak Donggeon permen karena udah motoin dia fotbar sama ceweknya waktu itu." Ucap Jisu memberi ide.
"Gue beneran dikasih, Ji."
"Masa iya sih lu ga pernah percaya omongan orang ngibul?" Tanya Jaeyun tak percaya.
"Iya lah! Gue mah pinter gak kek lu semua." Tiga buah tangan jatuh dengan kasar di punggung Jeyou setelah ia mengatakan itu.
"Lama lu. Lanjut ke gue apa Kyungho?" Ucap Jisu tak sabar.
"Bentar! Keknya gue inget!"
"Apa?" Ujar teman-temannya yang sudah lelah menunggu jawaban Jeyou."Waktu kelas 1 SD gue punya temen,".
.
Semua orang mengenal Jeyou sebagai orang yang energik dan mudah bergaul, kecuali orang-orang yang bertemu dengannya di kelas 1 SD. Jeyou saat itu adalah anak yang pemalu dan pendiam, jauh dari kepribadiannya yang sekarang. Anak-anak lain di kelasnya sudah memiliki teman untuk diajak berbincang, hanya Jeyou saja yang selalu menyendiri."Hiromu, coba ajak main temennya yang sendirian itu." Wali kelas Jeyou menyadari ada satu muridnya yang belum berbaur.
"Yang itu, Miss?" Tanya Hiromu sambil menunjuk Jeyou yang sedang melihat keluar jendela.
"Iya. Kamu anak yang pandai berteman, jadi, coba yaa, ajak kenalan, ajak main."
Hiromu mengangguk lalu menghampiri Jeyou."Hai."
Jeyou menoleh.
"Nama aku Hiromu. Nama kamu siapa?"
"Aku Jeyou."
"Jeyou," Hiromu mengulang namanya.
"Kamu mau main sama aku?" Hiromu mengulurkan tangan kirinya. Jeyou menerima uluran tersebut. Hiromu membawa Jeyou ke samping mejanya.
"Kamu suka main apa? Aku punya beyblade." Hiromu mengeluarkan gasing dari loker mejanya, lalu menunjukkan gasingnya yang berwarna-warni. Ia membungkukkan badannya, kemudian menunjukkan caranya bermain gasing.
"Mau coba." Jeyou mulai tertarik dengan permainan gasing yang dibawa Hiromu..
.
"Dulu gue deket banget sama dia,".
.
Dari bermain gasing hari itu, Jeyou dan Hiromu menjadi tak terpisahkan."Aku mau jadi temen kamu selamanya." Ucap Jeyou sambil mengunyah ayam goreng buatan ibunya.
"Aku juga mau." Jawab Hiromu sambil menghabiskan bekalnya.
"Kita harus bareng-bareng kelas 2, kelas 3, kelas 4..." Ujar Jeyou.
"Kelas 5, kelas 6." Lanjut Hiromu.
"SMP bareng, SMA bareng."
"Pokoknya selamanya bareng ya." Hiromu menatap Jeyou dengan senyum yang lebar.
"Iya." Walaupun mulutnya penuh dengan nasi, Jeyou tetap membalas Hiromu dengan senyuman..
.
"Gue pikir kita bakal jadi temen selamanya, udah rencana SMP bareng, SMA bareng,".
.
Hari itu, Jeyou sedang bersantai di ruang tamu karena sudah libur semester. Tiba-tiba, ia mendengar suara mobil yang berhenti di depan rumahnya. Mendengar suara tersebut, ibunya bergegas dari dapur untuk membukakan pintu."Jeyou!"
"Eh?"
Hiromu datang bersama keluarganya ke rumah Jeyou.
"Silakan, Bu, duduk dulu." Ucap ibunya Jeyou sambil menghidangkan es teh ke meja.
"Ngga usah repot-repot, Bu, kami ke sini cuma mau ngabarin sebentar...".
.
"Tapi dia pindah sekolah ke Jepang gara-gara bapaknya pindah tugas,".
.
Ibunya Hiromu menyeruput sedikit es teh, "Saya tau banget, Bu, Jeyou itu temen deketnya Hiromu. Deket banget, setiap pulang sekolah pasti Hiromu cerita main apa sama Jeyou. Makanya kami dateng ke sini, buat ngasih kenang-kenangan."
"Kenang-kenangan?" Tanya ibunya Jeyou.
"Iya... Bapak pindah tugas ke Jepang, jadi kami harus pindah mulai minggu depan.".
.
"Gue sedih banget dia harus pindah,".
.
"Jeyou, jangan sedih. Aku balik waktu kelas 4 kok," Bisik Hiromu. Jeyou mengangguk sedih.
"Nanti-"
"Ayo, Hiromu."
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Hiromu sudah ditunggu untuk masuk ke mobil. Hiromu menurut dan bergegas masuk mobil. Ia membuka jendela, lalu melambaikan tangannya ke Jeyou..
.
"Tapi dia bilang 'Aku balik waktu kelas 4 kok.' Bodohnya gue percaya, gue tungguin sampe sekarang bangkotan di SMA. Mana tuh, kagak balik-balik dia. Gimana sih, sedih gitu dah. Ya namanya bocil, waktu itu belom punya HP, kagak ada WA, ga tau akun IG-nya apa, jadi lost contact deh. Pengen ketemu lagi, sumpah. Pengen banget.""Tragis." Komentar Jisu.
Jeyou hanya membalasnya dengan senyuman getir..
.
Di perjalanannya pulang, Jeyou kembali merenungkan kisahnya dengan Hiromu.Kenapa jadi sedih banget sih, padahal dia belom tentu inget gue, batinnya..
"Permisi,"
Seorang remaja, sepertinya seumuran dengan Jeyou—hanya saja sedikit lebih pendek, mengenakan kacamata hitam, kaos putih, dan celana olahraga, dengan tas hitam di tangan kanannya, menghampiri Jeyou dari belakang.
Jeyou menoleh, "Ada apa ya?"
"Rumah yang itu," Remaja tersebut menunjuk rumah berpagar hitam, tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Rumah Kim Jeyou bukan?"
Jeyou mengernyitkan dahi, "Iya,"
"Ada apa ya? Saya Kim Jeyou."
Remaja tersebut membuka kacamatanya, lalu mengulurkan tangan kirinya,"Takatsuka Hiromu. Semoga kamu inget aku."